Fai.umsida.ac.id – Dalam beberapa waktu terakhir, muncul kebijakan kontroversial mengirim murid ke barak di daerah Jawa Barat yang mengirimkan murid berperilaku nakal atau sulit diatur ke barak Tentara Nasional Indonesia (TNI). Kebijakan ini diambil sebagai upaya mendisiplinkan sekaligus membina anak-anak bermasalah dengan harapan mereka bisa berubah menjadi lebih baik. Namun, hal ini menuai perdebatan di kalangan masyarakat dan dunia pendidikan. Apakah pengiriman murid nakal ke barak TNI benar-benar solusi yang tepat?
Baca Juga: Gelombang 2 Beasiswa PUPM Resmi Dibuka: Peluang Emas Kuliah Gratis di Prodi PBA FAI Umsida
Dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (FAI Umsida), Najih Anwar SAg MPd, memberikan sudut pandang kritis dan mendalam mengenai isu ini. Menurutnya, pendekatan seperti itu perlu dikaji secara matang agar tidak justru memberikan dampak negatif bagi perkembangan karakter anak.
Pendidikan dan Pembinaan Anak ke Barak TNI: Lebih dari Sekadar Disiplin Ketat
Najih Anwar menegaskan bahwa anak-anak yang berperilaku nakal atau bermasalah sebenarnya membutuhkan lebih dari sekadar aturan dan hukuman keras. Mereka memerlukan pendekatan yang humanis, penuh kasih sayang, serta edukatif. Ia menjelaskan bahwa disiplin memang penting dalam pendidikan, tetapi disiplin yang efektif harus berbasis pada pengertian dan pembinaan, bukan intimidasi atau tekanan fisik.
“Disiplin itu adalah bagian dari pendidikan, tapi jangan sampai berubah menjadi hukuman yang justru menimbulkan trauma dan rasa takut berlebihan. Anak-anak yang dikirim ke barak TNI tanpa pendampingan psikologis dan spiritual yang memadai bisa mengalami efek psikologis negatif yang berkepanjangan,” ujar Najih.
Menurutnya, pembinaan karakter anak harus berfokus pada aspek kepribadian, pengendalian diri, dan pengembangan potensi positif anak agar mereka mampu mengatasi tantangan perilaku buruk secara mandiri dan bertanggung jawab.
Perspektif Pendidikan Agama Islam: Kasih Sayang dan Pendampingan
Dalam pendidikan Islam, pembinaan anak merupakan amanah yang sangat serius. Islam menekankan pentingnya kasih sayang (rahmah), kesabaran, dan pendekatan yang bijak dalam mendidik anak. Najih Anwar menuturkan bahwa perilaku anak yang bermasalah sering kali merupakan cerminan dari ketidakseimbangan lingkungan pendidikan, baik di rumah maupun sekolah.
“Pendidikan agama Islam mengajarkan bahwa setiap anak memiliki potensi kebaikan yang harus digali dan dikembangkan. Hukuman berat seperti pengiriman ke barak TNI tanpa pendekatan hati nurani dan bimbingan yang berkesinambungan bisa mengabaikan potensi tersebut,” jelasnya.
Pendekatan pembinaan yang berbasis nilai-nilai agama dan akhlak mulia menjadi solusi yang lebih manusiawi dan efektif. Anak-anak perlu dibekali dengan pemahaman keimanan dan moral agar perubahan perilaku terjadi dari dalam hati, bukan karena takut atau terpaksa.
Alternatif Penanganan: Sinergi Sekolah, Orang Tua, dan Komunitas
Dosen PBA ini juga mengajukan solusi yang lebih menyeluruh dan berkelanjutan, yakni melalui kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan masyarakat. Ketiga unsur ini harus bersinergi untuk mengawasi, mendampingi, dan membimbing anak agar mendapatkan pendidikan karakter yang optimal.
Beberapa langkah konkret yang disarankan antara lain:
- Konseling rutin dan pembinaan karakter oleh guru PAI dan konselor sekolah.
- Pendampingan dan komunikasi intensif dengan orang tua untuk memahami akar masalah perilaku anak.
- Program ekstrakurikuler positif yang dapat menyalurkan energi dan bakat anak secara konstruktif, seperti kegiatan kepramukaan, seni, dan olahraga.
- Pelatihan soft skill dan pengembangan kepemimpinan berbasis nilai Islam.
Najih menambahkan bahwa sekolah harus menjadi lingkungan yang aman dan suportif, bukan tempat yang menakutkan. Anak-anak perlu merasa dihargai dan didengarkan agar mereka mau berubah secara positif.
Pendidikan Humanis Lebih Efektif daripada Hukuman Fisik
Sebagai seorang pendidik agama Islam, Naji Prasetiyo mengingatkan bahwa tujuan utama pendidikan adalah membentuk karakter manusia yang berakhlak mulia dan bertanggung jawab. Oleh sebab itu, segala bentuk pembinaan harus mengedepankan pendidikan humanis.
“Pengiriman anak ke barak TNI hanya solusi sementara yang berisiko memunculkan trauma. Pendidikan adalah proses panjang yang memerlukan kesabaran, keteladanan, dan bimbingan secara konsisten,” katanya.
Menurut Naji, anak-anak tersebut butuh kasih sayang, arahan, dan bimbingan yang konsisten agar dapat menemukan jalan kembali ke perilaku yang lebih baik. Penguatan nilai-nilai agama dan pembentukan lingkungan belajar yang kondusif menjadi kunci utama keberhasilan pembinaan.
Pesan untuk Para Pendidik dan Orang Tua
Najih Anwar juga menyampaikan pesan bagi para pendidik dan orang tua agar meningkatkan peran aktif dalam mendampingi anak, terutama yang menunjukkan gejala perilaku sulit. Komunikasi terbuka, kesabaran, dan pembinaan berbasis agama harus menjadi prioritas utama.
“Sebagai calon guru PAI, kalian harus mampu menjadi pendamping dan pembimbing yang memahami psikologi anak dan siap membantu mereka keluar dari masalah dengan pendekatan yang bijak,” ujarnya.
Kebijakan mengirim murid nakal ke barak TNI memang bertujuan baik untuk mendisiplinkan, tetapi belum tentu menjadi solusi terbaik. Pendidikan karakter yang berbasis kasih sayang, pendekatan keagamaan, dan kolaborasi antara sekolah, keluarga, dan masyarakat adalah langkah yang lebih manusiawi dan berkelanjutan.
Baca Juga: Sambut Delegasi Uzbekistan Program Student Exchange, Umsida Perkuat Relasi Internasional
Sebagai lembaga pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai Islam, FAI Umsida melalui dosennya seperti Naji Anwar SAg Mpd terus mengingatkan pentingnya metode pembinaan yang membangun, bukan yang menghukum. Anak-anak adalah investasi masa depan bangsa yang harus dijaga dengan penuh cinta dan keteladanan.
Penulis: AHW