Fai.umsida.ac.id – Tragedi semburan Lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo, yang kini memasuki tahun ke-19, kembali menjadi perhatian publik. Tidak hanya karena dampaknya yang belum tuntas hingga hari ini, tetapi juga karena suara-suara mahasiswa yang masih konsisten menyuarakan keadilan. Salah satunya datang dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) FAI Averroes Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida), yang turut hadir dalam aksi refleksi bertajuk “19 Tahun Lumpur Lapindo: Luka yang Belum Kering”, Kamis (29/5/2025).
Bertempat di area tanggul Lumpur Lapindo dan kantor Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sidoarjo, para aktivis IMM dari berbagai komisariat di bawah cabang IMM Sidoarjo berkumpul. IMM FAI Averroes sebagai bagian dari Komisariat Averroes FAI Umsida aktif dalam aksi ini, membuktikan bahwa gerakan mahasiswa Islam tak pernah absen dalam isu kemanusiaan dan lingkungan.
Humanitas Mahasiswa FAI
Ketua Umum IMM Cabang Sidoarjo, Immawan Bagus Yoga Aditya, dalam orasinya menyebut bahwa aksi ini bukan sekadar simbolik, melainkan bentuk aktualisasi nilai humanitas mahasiswa. “Hari ini kita masih membuktikan humanitas kita sebagai mahasiswa, khususnya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Kita bersuara untuk tragedi yang masih menyisakan luka besar,” ujarnya di hadapan massa aksi.
IMM FAI Averroes hadir dengan semangat membela kaum mustadh’afin, korban ketidakadilan akibat kegagalan negara dan korporasi dalam menangani dampak bencana industri ini. Demisioner IMM FAI, Immawan Fajar, juga menyampaikan orasi bernuansa spiritual dengan mengangkat ayat-ayat Al-Qur’an tentang keserakahan dan kerakusan penguasa.
“Manusia itu tidak pernah puas. Seperti yang difirmankan Allah, mereka menggali, mengambil, dan merusak. Tak cukup satu lubang, mereka gali lagi, demi kerakusan yang tiada ujung,” ucapnya dengan lantang.
IMM Averroes: Tak Hanya di Kelas, Tapi Juga di Medan Sosial
Kehadiran IMM FAI Averroes di kegiatan ini menjadi bukti bahwa gerakan intelektual mahasiswa tidak hanya terjadi di ruang kelas. Sejak awal, IMM telah dikenal sebagai organisasi yang berkomitmen pada nilai-nilai kemanusiaan, amar ma’ruf nahi munkar, serta keberpihakan pada rakyat tertindas.
Gubernur Mahasiswa Fakultas Hukum, Bisnis, dan Ilmu Sosial (FHBIS), Immawan Atok, dalam orasinya bahkan secara tegas mengkritik kepemimpinan daerah dan nasional. “Kami ingatkan kepada Bupati Sidoarjo: jangan hanya bisa korupsi! Kepada Gubernur Jatim: jangan cuma jualan buah! Dan kepada Presiden Prabowo: jangan cuma omon-omon saja!” sindirnya, disambut sorakan peserta aksi.
IMM Averroes yang hadir dalam barisan aksi juga menyuarakan penolakan terhadap indikasi pengeboran baru di wilayah terdampak. Mereka menilai bahwa langkah tersebut adalah bentuk pengabaian terhadap trauma kolektif warga Sidoarjo yang belum pulih.
Melawan Lupa, Menyalakan Suara
IMM FAI Averroes menegaskan bahwa refleksi 19 tahun Lumpur Lapindo adalah upaya melawan lupa. Tidak cukup hanya mengenang, mereka mendorong penyelesaian struktural atas penderitaan korban, termasuk audit lingkungan, keadilan hukum terhadap PT Lapindo Brantas, dan tanggung jawab pemerintah.
“Bukan hanya bentuk solidaritas, ini adalah bagian dari peran strategis IMM di tengah masyarakat. Kami belajar untuk tidak diam ketika keadilan dibungkam,” ujar salah satu kader IMM Averroes.
Kegiatan refleksi ini diakhiri dengan doa bersama, pembacaan pernyataan sikap, dan pemasangan spanduk di lokasi tanggul lumpur yang selama ini menjadi simbol bisu dari tragedi yang tak kunjung selesai.
Baca Juga: Wujudkan SDGs 15 dan Manfaatkan Lumpur Lapindo, Dosen Umsida Buat Biochar Tongkol Jagung
Dengan semangat Averroes, tokoh rasional dan kritis dalam tradisi Islam, IMM FAI Umsida membuktikan diri hadir bukan hanya sebagai pembelajar ilmu, tapi juga penggerak perubahan sosial yang berpihak pada nilai kemanusiaan dan keadilan.
Penulis: Akhmad Hasbul Wafi