Fai.umsida.ac.id – Pendidikan karakter menjadi pilar penting dalam membentuk kepribadian mahasiswa di tengah derasnya arus digitalisasi. Namun, metode penyampaiannya pun harus menyesuaikan dengan perkembangan zaman agar nilai-nilai karakter tetap relevan bagi generasi muda.
Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) dan Al Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (AIK Umsida), Ainun Nadlif MPdI, menegaskan bahwa karakter mahasiswa saat ini sangat berbeda dari generasi sebelumnya. “Mahasiswa sekarang hidup dalam lingkungan yang sangat dekat dengan dunia maya. Pengaruh gadget bahkan bisa lebih kuat daripada pendidikan agama dan karakter Islam,” ujarnya.
Menurut Ainun, sebelum mengikuti Pendidikan Karakter Mahasiswa Umsida (PKMU), sebagian besar mahasiswa hanya memahami karakter sebatas teori. Padahal, pendidikan karakter sejatinya bukan hanya pengetahuan, melainkan pembiasaan dan penghayatan nilai dalam kehidupan sehari-hari.
Tantangan Pembentukan Karakter Mahasiswa di Era Digital
Sebagai Ketua Pusat Studi AIK Umsida, Ainun melihat bahwa mahasiswa kini lebih banyak terekspos pada perilaku dan budaya yang beragam melalui internet. Hal ini menjadikan mereka lebih terbuka, namun juga rentan terhadap pengaruh negatif.
“Sadar atau tidak, pembentukan karakter mahasiswa tidak bisa dilepaskan dari apa yang mereka gemari di era digital ini. Jika dulu mahasiswa belum banyak bersentuhan dengan dunia maya, sekarang mereka sangat mudah terpapar perilaku yang menyimpang,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa teknologi bukan untuk dihindari, melainkan harus diarahkan. “Sebagai remaja muslim, mereka harus mampu memahami karakter dan menggunakannya untuk kebaikan. Teknologi harus menjadi sarana dakwah dan penguatan nilai Islam, bukan sebaliknya,” tegasnya.
Program PKMU, lanjut Ainun, hadir untuk menjawab kebutuhan itu. Melalui program ini, mahasiswa diarahkan untuk memahami pentingnya karakter Islami sekaligus membiasakan diri dengan nilai-nilai keislaman yang membentuk integritas pribadi dan sosial.
Empat Metode Pendidikan Karakter dalam Islam
Ainun juga menguraikan empat model pendidikan karakter yang relevan diterapkan pada mahasiswa masa kini.
Pertama, at-tarbiyah bil mau‘idzah, yakni mendidik dengan nasihat dan pesan-pesan positif yang terus-menerus disampaikan. “Pesan kebaikan tidak boleh berhenti, meski mahasiswa berada di tengah kemajuan teknologi informasi,” katanya.
Kedua, at-tarbiyah bil ‘adah, yaitu pendidikan dengan pembiasaan perilaku baik. Menurutnya, mahasiswa yang belum mendapatkan pendidikan karakter cenderung menganggap kebiasaan buruk sebagai hal biasa. Karena itu, sistem pendidikan tinggi perlu memperkuat budaya akademik yang menanamkan kebiasaan positif.
Ketiga, at-tarbiyah bil kisah, yakni mendidik melalui refleksi kisah sejarah. “Kisah Firaun, Nabi Luth, dan umat-umat terdahulu adalah pelajaran agar manusia tidak mengulangi kesalahan yang sama. Al-Quran telah banyak memberikan kisah sebagai pedoman moral,” ujarnya.
Keempat, at-tarbiyah bil ‘uqubah, yaitu pendidikan berbasis reward dan punishment. Contohnya, mahasiswa yang belum bisa membaca Al-Quran wajib mengikuti bimbingan hingga dinyatakan lulus post-test. “Tujuannya agar seluruh mahasiswa Umsida terbebas dari buta aksara Al-Quran,” imbuh dosen lulusan UIN Sunan Ampel Surabaya tersebut.
Mendidik dengan Asah, Asih, dan Asuh
Ainun juga menyoroti pentingnya pendekatan holistik dalam menyampaikan pendidikan karakter. Menurutnya, pendidik bukan hanya mentransfer pengetahuan (asah), tetapi juga membimbing dengan keteladanan (asuh) dan kasih sayang (asih).
“Kami tidak hanya memberikan ilmu, tetapi juga membangun kedekatan layaknya hubungan orang tua dengan anak. Pembelajaran harus menciptakan rasa nyaman, baik secara tekstual maupun kontekstual,” ungkap anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PDM Sidoarjo itu.
Baca Juga: IMM Averroes Umsida Gelar Diskusi Inspiratif dalam SABAR Vol 5
Ia menekankan bahwa penguatan pedoman Al-Quran dan Sunnah merupakan kunci utama pendidikan karakter. “Jika pedoman itu dijadikan dasar, insyaAllah kita bisa menghadapi perubahan zaman dengan bijak. Islam mengajarkan kita untuk dinamis, luwes terhadap perkembangan, tetapi tetap berpegang teguh pada nilai-nilai agama,” pungkasnya.
Penulis: Romadhona S.
Editor: Akhmad Hasbul Wafi

























