Fai.umsida.ac.id – Suasana haru dan penuh rasa syukur mewarnai Yudisium XLVI Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) ketika salah satu perwakilan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA), Fariz Sayyidan, menyampaikan sambutannya.
Baca Juga: Yudisium XLVI FAI Umsida Dibuka dengan Penampilan Tapak Suci yang Memukau
Dengan penuh ketulusan, ia mengungkapkan rasa terima kasih, refleksi perjalanan panjang perkuliahan, serta pesan penting tentang menjaga identitas Islam dan nama baik almamater setelah lulus.
Dalam sambutannya, Fariz mengawalinya dengan pengalaman pribadinya tentang pentingnya menjaga jati diri sebagai mahasiswa PBA. Ia menceritakan momen ketika pernah ditegur karena menggunakan bahasa Indonesia saat mewakili PBA dalam sebuah acara, sehingga sejak saat itu ia berusaha menjadi teladan dalam penggunaan bahasa Arab.
“Antum dari PBA, tapi kenapa sambutan memakai bahasa Indonesia? Gunakan bahasa Arab, jadi teladan bagi yang lain,” ujarnya mengenang nasihat gurunya, yang menjadi pengingat bahwa lulusan PBA membawa tanggung jawab identitas akademik dan keilmuan.
Ungkapan Terima Kasih untuk Dosen dan Civitas Akademika
Dalam bagian inti sambutannya, Aris mewakili para lulusan PBA dan mahasiswa yudisium lainnya menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada seluruh pihak yang telah membimbing selama masa studi.
“Kami mengucapkan terima kasih yang begitu banyak kepada Rektor beserta jajarannya, Dekan dan jajaran, Kaprodi, serta seluruh dosen. Tanpa bimbingan dan kesabaran panjenengan semua, kami tidak akan berdiri di sini hari ini,” ungkapnya.
Ia juga menyampaikan permohonan maaf atas segala kesalahan, baik ucapan maupun tindakan, selama menempuh studi di FAI Umsida.
“Kami memohon maaf apabila selama berkuliah terdapat ucapan atau tindakan yang kurang berkenan. Namanya manusia, tentu tidak luput dari kesalahan,” tambahnya.
Kelulusan Bukan Akhir, Melainkan Awal Pengabdian
Aris kemudian menegaskan bahwa kelulusan bukanlah titik akhir, melainkan awal perjalanan panjang di masyarakat. Ia mengajak seluruh lulusan untuk memahami bahwa identitas Sarjana Pendidikan Bahasa Arab sekaligus identitas sebagai alumnus Umsida membawa tanggung jawab moral dan sosial yang besar.
“Ada yang lebih berat dari membawa nama Umsida di belakang nama kita, yaitu membawa nama Islam. Itulah amanah yang harus dijaga dalam setiap perilaku kita,” ujarnya.
Ia menekankan pentingnya mengamalkan ilmu dan mempraktikkan nilai-nilai Al-Qur’an sebagai bentuk ketaatan dan karakter seorang muslim terdidik. Aris mengutip makna ayat Al-Qur’an yang dibacakan pada pembukaan acara, bahwa seandainya Al-Qur’an diturunkan kepada gunung, niscaya gunung itu hancur karena takut kepada Allah—pesan yang mengajak para sarjana untuk semakin rendah hati dan beramal setelah berilmu.
“Ilmu tidak akan bermanfaat kecuali dengan amal. Buah dari ilmu adalah amal,” tegasnya di hadapan peserta yudisium.
Menjaga Silaturahmi dan Menjadi Teladan di Masyarakat
Menjelang akhir sambutannya, Aris menyampaikan pesan indah tentang pentingnya menjaga hubungan baik antar sesama mahasiswa dan dosen.
“Kita mungkin berpisah setelah hari ini, kembali ke daerah masing-masing. Tapi bisa jadi Allah mempertemukan kita kembali di waktu yang tidak disangka. Maka jagalah silaturahmi dan hubungan baik ini,” tuturnya.
Ia juga mendorong para lulusan untuk selalu menjaga nama baik FAI Umsida serta menjadi teladan di tengah masyarakat.
Penutup yang Mengharukan
Sambutan Aris ditutup dengan rasa syukur yang mendalam atas nikmat kesehatan dan kesempatan bisa menyelesaikan studi di FAI Umsida. Ia berharap seluruh lulusan dapat membawa nilai-nilai Islam, akhlak mulia, dan keilmuan yang telah diperoleh untuk membangun masyarakat dan pendidikan bangsa.
Baca Juga: Prof Syafiq Ajak Wisudawan Umsida Berjuang dengan Semangat Rahmatan Lil ‘Alamin
Perwakilan mahasiswa PBA ini memberikan kesan yang mendalam bagi seluruh peserta yudisium. Sambutannya menjadi pengingat bahwa lulusan FAI bukan hanya membawa gelar, tetapi juga membawa amanah besar sebagai penjaga nilai Islam dan cahaya peradaban.
Penulis: Akhmad Hasbul Wafi

























