Fai.umsida.ac.id – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Terpadu Kelompok 28 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) menggelar program inovatif bertajuk Ketahanan Pangan Berbasis Pesantren di Muhammadiyah Boarding School (MBS) Desa Lajuk, Kecamatan Porong, Sidoarjo pada Minggu (17/08/2025).
Baca Juga: Kaprodi S2 MPI Umsida Tekankan Pentingnya Guru Beradaptasi dengan Perubahan Zaman
Program ini bertujuan meningkatkan kemandirian pangan pesantren sekaligus mengedukasi santri mengenai praktik budidaya tanaman sayuran bergizi tinggi dan bernilai ekonomis.
Edukasi Budidaya Sayuran Cepat Panen
Dalam kegiatan tersebut, mahasiswa KKN 28 bersama santri melakukan praktik langsung penanaman berbagai jenis sayuran, di antaranya kangkung, cabai rawit, cabai besar, terong, dan tomat. Tim mahasiswa membimbing seluruh proses penanaman, mulai dari pemilihan benih, pengolahan media, penataan bedengan, hingga teknik pemeliharaan awal seperti pemberian mulsa dan penyiraman.
Santri dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil agar semua bisa terlibat aktif. Mereka belajar menakar kompos, merapikan jarak tanam, hingga memasang ajir pada tanaman terong dan tomat. Menurut tim KKN, jenis tanaman dipilih berdasarkan manfaat gizi serta masa panen yang relatif singkat. Kangkung, misalnya, bisa dipanen dalam waktu tiga hingga empat minggu, sedangkan cabai dan tomat menjadi komoditas utama dalam kebutuhan dapur rumah tangga.
“Harapan kami, para santri tidak hanya belajar teori, tetapi juga terbiasa mempraktikkan langsung bagaimana cara bercocok tanam yang efektif,” jelas Ziddah, salah satu anggota KKN 28.
KKN Pemberdayaan Santri Menuju Kemandirian
Program ini mendapat sambutan positif dari pihak MBS Lajuk Porong karena selaras dengan visi pesantren dalam membina santri yang gemar bekerja, peduli lingkungan, dan mandiri. Melalui kolaborasi ini, pesantren tidak hanya menjadi pusat pendidikan agama, tetapi juga mampu mengembangkan keterampilan hidup berbasis lingkungan.
Selama program berlangsung, mahasiswa KKN 28 juga mendampingi proses pemeliharaan tanaman. Mereka menyusun jadwal rutin untuk pengecekan kelembapan tanah, pemupukan susulan, serta pelatihan panen dan pascapanen. Santri juga diperkenalkan pada teknik sortasi hasil panen serta penyimpanan sederhana.
Sebagai penunjang, tim KKN menyiapkan modul praktis berisi panduan menanam, kalender pemeliharaan, hingga cara pengendalian hama terpadu. Modul tersebut dirancang agar mudah dipahami dan dapat dijadikan pegangan oleh santri setelah program KKN berakhir.
“Program ini bisa menjadi wadah belajar sekaligus bekal santri untuk menghadapi tantangan kemandirian pangan di masa depan,” ungkap perwakilan pihak pesantren.
Kebun Edukasi untuk Ketahanan Pangan Pesantren
Mahasiswa KKN 28 menargetkan terbentuknya kebun edukasi di lingkungan MBS Lajuk. Kebun ini diharapkan dapat menyuplai sayuran segar bagi dapur asrama, sehingga mampu menekan biaya konsumsi sehari-hari. Selain itu, program ini juga mendorong munculnya kesadaran kewirausahaan.
Santri didorong untuk mencoba praktik agripreneur sederhana, seperti menjual cabai segar atau bibit tanaman hasil budidaya mereka. Dengan cara ini, pesantren tidak hanya memiliki kemandirian pangan, tetapi juga peluang ekonomi tambahan.
Baca Juga: Jadi Petugas Upacara HUT RI ke-80, Mahasiswa Umsida Tunjukkan Semangat Nasionalisme
Keberlanjutan program ini sangat diharapkan setelah mahasiswa KKN menyelesaikan masa baktinya. Dengan semangat gotong royong serta partisipasi aktif santri, kebun pesantren diyakini dapat terus berkembang sebagai sumber pangan sehat dan mandiri. Kolaborasi antara kampus dan pesantren ini menjadi bukti nyata kontribusi Umsida dalam memperkuat ketahanan pangan di tingkat komunitas.
Penulis: Akhmad Hasbul Wafi