Fai.umsida.ac.id-Perjuangan membangun pendidikan di daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) bukanlah tugas yang mudah.
Baca Juga: FAI Umsida Kukuhkan 102 Lulusan pada Wisuda Ke-46 Tahun Akademik 2025/2026
Namun, bagi Nur Lailly Enny Haryanti MPd, Wisudawati Terbaik Magister Pendidikan Islam Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) ke 46, tantangan itu justru menjadi ladang pengabdian yang ia jalani dengan sepenuh hati.
Bertugas sebagai guru Bimbingan Konseling (BK) di SMP Muhammadiyah Merauke, Lailly terus menghadirkan kontribusi nyata bagi dunia pendidikan di Papua Selatan.
Lailly bukan sosok yang asing bagi dunia pendidikan Muhammadiyah. Ia adalah alumni Fakultas Psikologi Umsida tahun 2015, kemudian melanjutkan studi S2 MPI di FAI Umsida dengan predikat Cumlaude dan IPK 3,82.
Pada tahun 2021, di tengah masa pandemi dan kebijakan lockdown, ia bersama suami memutuskan untuk hijrah ke Merauke, tanpa memiliki kenalan atau keluarga di tanah Papua.
Berbekal tekad untuk mengabdi di bidang pendidikan, Lailly memulai perjalanan barunya di salah satu sekolah favorit di Merauke, SMP Muhammadiyah Merauke, yang memiliki lebih dari 500 siswa.
“Alhamdulillah, saya dipercaya menjadi guru BK. Dari sini saya merasa memiliki kewajiban untuk membantu para pelajar di Merauke berkembang, baik secara akademik maupun mental,” ungkapnya.
Mengembangkan Pendidikan Melalui Pendekatan Humanis
Sebagai guru BK, Lailly berhadapan langsung dengan dinamika perilaku siswa yang berbeda dengan karakteristik pelajar di Jawa. Tantangan geografis, latar belakang budaya, hingga keragaman bahasa membuat pendekatan bimbingan konseling di Papua harus dilakukan dengan cara yang lebih humanis, empatik, dan sabar.
Pengalamannya selama belajar di FAI Umsida sangat dirasakan manfaatnya dalam menjalankan tugas. Mata kuliah tentang manajemen pendidikan, supervisi akademik, hingga kepemimpinan pendidikan memberikan perspektif baru yang dapat ia terapkan dalam pengelolaan layanan BK di sekolah.
“Saya banyak terinspirasi dari dosen-dosen FAI Umsida, terutama dalam hal manajemen lembaga pendidikan. Pengalaman yang mereka bagikan sangat relevan dengan kondisi sekolah di Papua. Ini membantu saya memahami bagaimana membangun sistem layanan yang lebih efektif bagi siswa,” jelasnya.
Di sekolah, Lailly tidak hanya memberikan layanan konseling individual, tetapi juga terlibat dalam merancang program pembinaan karakter, pendampingan belajar, hingga kegiatan untuk meningkatkan motivasi siswa. Ia juga membantu guru lain dalam memahami pendekatan pedagogis yang sesuai dengan kondisi psikologis siswa.
Menggaungkan Nama Umsida di Tanah Papua
Di tengah kesibukannya sebagai guru, ibu, dan mahasiswa, Lailly tetap bangga memperkenalkan nama Universitas Muhammadiyah Sidoarjo kepada rekan guru dan masyarakat di Merauke. Ia kerap membagikan pengalaman kuliahnya serta mengajak para pendidik di Papua untuk turut melanjutkan pendidikan di Umsida.
“Walaupun saya tinggal jauh dari Sidoarjo, saya tetap membawa nama Umsida. Banyak yang bertanya dan tertarik ketika saya bercerita tentang kualitas dosen dan fleksibilitas kelas jarak jauh di FAI Umsida,” tuturnya.
Menurutnya, pendidikan jarak jauh yang ditawarkan FAI Umsida sangat membantu guru-guru yang tinggal di daerah. Tanpa harus meninggalkan pekerjaan, mereka tetap bisa meningkatkan kompetensi akademik. Baginya, model pembelajaran seperti ini sangat strategis untuk pemerataan kualitas pendidikan, terutama di wilayah timur Indonesia.
Pengabdian Tanpa Batas Jarak
Selama tinggal di Papua, Lailly merasakan bahwa kehadirannya sebagai tenaga pendidik membawa dampak nyata. Ia melihat langsung bagaimana semangat belajar siswa meningkat ketika mereka merasa dipahami dan dibimbing. Ia juga aktif mendampingi guru lain melakukan penelitian kecil tentang metode pembelajaran dan motivasi belajar siswa.
Tak berhenti di situ, ke depan Lailly berencana mendirikan yayasan pendidikan Islam modern sebagai bentuk kontribusi berkelanjutan bagi masyarakat Papua. Ia juga berkomitmen melanjutkan studi Magister Bimbingan dan Konseling serta Magister Psikologi agar dapat memberikan pelayanan pendidikan yang lebih profesional.
“Semoga saya bisa mengambil bagian dalam memajukan pendidikan Muhammadiyah di Papua. Tidak hanya sebagai guru BK, tetapi juga sebagai konsultan dan penggerak pendidikan di sana,” harapnya.
Kisah perjalanan Lailly adalah potret nyata dedikasi seorang pendidik yang tidak mengenal batas geografis. Dengan bekal ilmu dari FAI Umsida, ia menjadikan profesinya sebagai ladang dakwah dan pengabdian.
Baca Juga: Pakar Umsida: Redenominasi Rupiah Menguntungkan Jika Jangka Panjang
Kehadirannya di Merauke menjadi bukti bahwa pendidikan bermutu mampu menjangkau dan memberi dampak hingga ke ujung timur Indonesia. Semoga keteladanan dan perjuangannya menginspirasi banyak mahasiswa dan pendidik lainnya untuk terus mengabdikan diri di dunia pendidikan.
Penulis: Akhmad Hasbul Wafi























