Fai.umsida.ac.id-Isra’ Mi’raj merupakan perjalanan spiritual Rasulullah SAW yang menjadi tonggak penting dalam sejarah Islam, terutama dengan diturunkannya perintah salat.
Baca Juga:LKMM-TM 2025: Membentuk Sinergi dan Kepemimpinan Mahasiswa Berkemajuan di FAI Umsida
Perjalanan yang melampaui logika manusia ini memberikan pesan mendalam tentang pentingnya salat sebagai sarana penyucian jiwa dan penguatan iman kepada Allah SWT. Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (FAI Umsida) mengajak umat Islam untuk merenungi makna terdalam dari peristiwa Isra’ Mi’raj sebagai inspirasi dalam kehidupan sehari-hari.
Isra’ Mi’raj dan Perintah Salat
Isra’ Mi’raj terjadi pada masa penuh duka bagi Rasulullah SAW, yaitu tahun “Amul Huzn” ketika istri beliau, Khadijah, dan pamannya, Abu Thalib, wafat. Dalam masa-masa sulit ini, Allah SWT memberikan anugerah berupa perjalanan spiritual untuk menghibur Rasulullah dan memperkuat imannya dalam menjalankan dakwah.
Dalam perjalanan ini, Rasulullah menerima perintah salat lima waktu, sebagaimana tertulis dalam QS. 17:78 dan 11:114. Salat menjadi jalan penghubung antara manusia dan Allah SWT, memberi kedamaian dan kebahagiaan batin. Ibnu Mas’ud dan Salman al-Farisi RA menyebut salat sebagai alat penyeimbang yang sempurna dalam kehidupan manusia. Dengan menjaga salat pada waktunya, seorang hamba akan mendapatkan cahaya yang membimbingnya pada hari kiamat kelak.
Rasulullah SAW bersabda, “Salat pada waktunya adalah amalan yang paling utama. Siapa yang menjaga salatnya, ia akan mendapatkan hujjah dan cahaya di hari kiamat. Sebaliknya, siapa yang merusak salatnya, ia akan dibangkitkan bersama Fir’aun dan Hamman.” (HR. Ahmad).
Salat sebagai Penyuci Jiwa
Salat memiliki peran penting dalam membersihkan hati dan jiwa manusia dari dosa-dosa. Rasulullah SAW mengibaratkan salat sebagai sungai yang mengalir di dekat rumah seseorang. Jika seseorang mandi di sungai itu lima kali sehari, tubuhnya akan bersih dari segala kotoran. Demikian pula, salat lima waktu membersihkan dosa-dosa hamba Allah yang melaksanakannya dengan sungguh-sungguh.
Dalam riwayat lain, Rasulullah bersabda bahwa salat antara waktu-waktu tertentu menjadi penebus dosa, selama dosa-dosa besar dijauhi (HR. Muslim). Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumuddin menggambarkan kesucian hati dalam tiga tingkatan:
- Membersihkan diri dari perbuatan buruk.
- Menyucikan hati dari sifat tercela.
- Menyempurnakan jiwa hanya untuk Allah SWT.
Salat menjadi alat utama dalam mencapai tiga tingkatan ini. Dengan melaksanakan salat, seorang hamba mendekatkan dirinya kepada Allah, membersihkan hatinya dari segala hal yang menghalangi cahaya ilahi, dan memperoleh rahmat-Nya.
Refleksi Isra’ Mi’raj untuk Kehidupan Modern
Dalam QS. 29:45, Allah berfirman, “Sesungguhnya salat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” Hal ini menunjukkan bahwa salat bukan hanya ibadah ritual, tetapi juga sarana untuk membangun karakter yang mulia. Ruhani manusia tidak akan memiliki akhlak yang terpuji sebelum disucikan dari sifat-sifat tercela.
Isra’ Mi’raj mengingatkan umat Islam untuk menjadikan salat sebagai sarana penyucian jiwa, memperkuat keimanan, dan membangun hubungan yang kokoh dengan Allah SWT. Kesucian jiwa adalah syarat utama untuk mencapai keimanan sejati dan menjalankan amal saleh dengan penuh keikhlasan.
FAI Umsida berkomitmen untuk terus menanamkan nilai-nilai keislaman melalui pendidikan yang berbasis spiritualitas dan intelektualitas. Program-program unggulan FAI Umsida, seperti Pendidikan Agama Islam (PAI), Perbankan Syariah, dan Pendidikan Bahasa Arab (PBA), dirancang untuk mencetak generasi muslim yang tidak hanya berilmu tetapi juga berakhlak mulia.
Baca Juga:Pembatasan Media Sosial untuk Anak, Dosen Umsida: Perlu Didukung, Tapi…
Isra’ Mi’raj memberikan pesan mendalam tentang pentingnya salat sebagai sarana penyucian jiwa dan penghubung antara manusia dan Tuhannya. Semoga kita senantiasa diberikan kekuatan untuk menjaga kualitas salat, membersihkan hati, dan meneladani ajaran Rasulullah SAW.
Mari bergabung bersama FAI Umsida, tempat di mana pendidikan Islam bertemu dengan inovasi dan pengembangan karakter. Bersama FAI Umsida, jadilah generasi penerus yang berilmu, beriman, dan berkontribusi dalam membangun peradaban Islam yang lebih baik. FAI Umsida: Unggul, Berintegritas, Berkemajuan.
Penulis:Rahmad Sallahudin
Editor:AHW