Fai.umsida.ac.id – Pada pelaksanaan Yudisium XLVI Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Dekan FAI Dr Ida Rindaningsih M.Pd memberikan sambutan penuh makna yang menegaskan pentingnya lulusan FAI menjadi pribadi yang berdampak, membawa nilai keislaman, serta berkontribusi nyata bagi masyarakat.
Baca Juga: Fariz Sayyidan Sampaikan Pesan Mengharukan pada Yudisium XLVI FAI Umsida
Acara yang berlangsung pada Selasa(11/11/2025) ini dihadiri jajaran dekanat, kaprodi, dosen, tenaga kependidikan, serta 95 peserta yudisium dari seluruh program studi. Yudisium kali ini juga mengusung nuansa Hari Pahlawan dan Milad Muhammadiyah ke-113, memberikan simbol perjuangan dan nilai keberkahan bagi para lulusan.
Lulusan FAI Harus Menjadi Sosok yang Berdampak
Dalam sambutannya, Dr. Ida menekankan bahwa seorang sarjana bukan hanya berstatus sebagai pemilik ijazah, tetapi harus tampil sebagai pribadi yang memberikan manfaat luas bagi lingkungan sekitarnya.
“Lulusan FAI bukan sekadar berilmu, tetapi harus mampu menghadirkan kebermanfaatan. Itulah makna berdampak yang sesungguhnya,” ujarnya.
Beliau mengingatkan bahwa tantangan di masyarakat sangat berbeda dengan tantangan akademik. Jika di kampus mahasiswa dinilai melalui angka, indeks prestasi, dan tugas kuliah, maka di masyarakat mereka dinilai melalui akhlak, perilaku, dan kontribusi nyata.
“Setelah keluar dari ruangan ini, tidak ada lagi penilaian berbasis angka. Yang ada adalah penilaian sosial: bagaimana Anda berbicara, bersikap, dan mengambil keputusan. Itulah indikator sejati kualitas seorang sarjana,” tegasnya.
Nilai-Nilai Islam Sebagai Kompas Kehidupan
Dr. Ida juga mengajak para lulusan untuk terus membawa nilai-nilai Islam dalam setiap langkah hidup. Menurutnya, ilmu yang tidak dibalut akhlak tidak akan bertahan lama, dan keberhasilan seseorang bukan hanya ditentukan kemampuan teknis, tetapi oleh karakter, adab, serta etika yang sesuai ajaran Islam.
“Nilai Islam bukan hanya untuk dipelajari, tetapi untuk dihidupkan. Lulusan FAI harus menjadi teladan, pembawa cahaya bagi keluarga, lingkungan kerja, dan masyarakat,” ungkapnya.
Ia menegaskan bahwa FAI Umsida sejak awal berdiri mengedepankan misi mencetak lulusan yang unggul dalam ilmu dan kuat dalam karakter keislaman. Nilai-nilai seperti amanah, adab, integritas, dan kepedulian sosial harus terus menjadi pedoman para alumni.
Menghidupkan Semangat Dakwah dan Kebermanfaatan
Dalam bagian akhir sambutannya, Dr. Ida berpesan agar alumni FAI senantiasa menghidupkan semangat dakwah melalui perbuatan, bukan hanya kata-kata. Dakwah bukan sekadar ceramah, tetapi tindakan nyata yang mencerminkan nilai Islam dalam kehidupan sosial.
“Dakwah paling kuat adalah keteladanan. Jadilah pribadi yang menghadirkan solusi, bukan masalah; menjadi penyemangat, bukan hambatan; menjadi peneduh, bukan sumber keributan,” ujarnya.
Beliau juga menegaskan bahwa alumni FAI harus terus menjaga nama baik almamater dan menjalin hubungan dengan kampus. Kolaborasi antara alumni dan fakultas akan memperkuat peran Umsida dalam memberikan kontribusi bagi umat dan bangsa.
“Kami berharap para lulusan tetap berhubungan dengan fakultas. Bersama, kita bisa terus menumbuhkan kebermanfaatan dan memperluas jejak kebaikan,” tutupnya.
Momen Yudisium yang Sarat Makna
Dengan nuansa Hari Pahlawan dan Milad Muhammadiyah ke-113, Yudisium XLVI FAI Umsida menjadi momentum penting yang tidak hanya menandai kelulusan, tetapi juga penguatan komitmen untuk terus menjadi sarjana yang berjiwa Islam, berintegritas, dan berdampak.
Baca Juga: Dari Jerih Payah Sang Bunda, Tumbuh Wisudawan Umsida yang Pantang Menyerah
Yudisium ini menjadi penanda awal perjalanan baru bagi para lulusan untuk terus menebar cahaya peradaban di mana pun mereka berada.
Penulis: Akhmad Hasbul Wafi

























