Fai.umsida.ac.id – Forum Ta’aruf Mahasiswa (Fortama) Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) 2025 menghadirkan nuansa berbeda dengan tampilnya syair Al-Qur’an yang dibawakan mahasiswa Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) semester 3.
Baca Juga: Dekan FAI Umsida Tekankan Fortama FAI 2025 Jadi Pintu Kesuksesan Akademik dan Spritual
Penampilan ini menjadi salah satu momen pra acara yang paling berkesan, karena syair yang dilantunkan tidak hanya indah secara musikal, tetapi juga sarat dengan pesan Islami yang menyentuh hati.
Syair Qur’an tersebut dipersembahkan di hadapan lebih dari 300 mahasiswa baru dari lima program studi: Pendidikan Bahasa Arab (PBA), Pendidikan Agama Islam (PAI), Perbankan Syariah, Ma’had Umar bin Khattab, serta Magister Pendidikan Islam (MPI). Aula KH Mas Mansyur GKB 2 Umsida yang menjadi lokasi acara seketika dipenuhi nuansa spiritual, seakan mengingatkan bahwa perjalanan akademik di FAI dimulai dengan kalamullah sebagai pedoman.
Perpaduan Seni dan Spiritualitas

Penampilan syair Qur’an digelar sesaat sebelum acara resmi dimulai. Mahasiswa PAI semester 3 tampil dengan percaya diri dan penuh khidmat, mengenakan busana Islami yang rapi. Lantunan suara yang merdu berpadu dengan harmonisasi syair yang mereka bawakan, menghadirkan suasana teduh sekaligus penuh kekaguman.
Bagi mahasiswa baru, syair Qur’an ini bukan sekadar hiburan. Lirik-lirik indah yang berasal dari kalamullah mampu menggugah hati, menumbuhkan kesadaran bahwa menjadi mahasiswa FAI bukan hanya soal menuntut ilmu secara akademis, tetapi juga menguatkan iman dan spiritualitas.
Seorang mahasiswa baru dari Prodi Ma’had Umar mengaku sangat tersentuh. “Saya merasa seperti diingatkan kembali untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai pegangan hidup, apalagi di awal masa kuliah. Ini membuat saya lebih mantap memilih FAI Umsida sebagai tempat belajar,” ujarnya penuh semangat.
Identitas PAI dan Karakter FAI
Penampilan syair Qur’an oleh mahasiswa PAI semester 3 memiliki makna simbolis. PAI tidak hanya mendidik calon guru agama Islam dengan kompetensi akademik, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan seni Islami sebagai media dakwah yang menyentuh hati.
Keterlibatan mahasiswa PAI dalam pra acara Fortama ini menunjukkan bahwa mahasiswa tidak hanya aktif dalam kegiatan akademis, tetapi juga turut menjaga dan memperkaya tradisi seni Islam. Hal ini sejalan dengan visi FAI Umsida yang menekankan pentingnya integrasi antara ilmu pengetahuan, seni Islami, dan nilai spiritual.
Bu Ayunina, perwakilan bidang kemahasiswaan FAI, memberikan apresiasi atas penampilan tersebut. “Syair Qur’an yang dibawakan mahasiswa PAI semester 3 membuktikan bahwa mereka mampu memadukan kecintaan terhadap Al-Qur’an dengan kreativitas seni. Inilah ciri khas mahasiswa FAI: akademik, Islami, dan penuh talenta,” ungkapnya.
Ia menambahkan, kegiatan semacam ini penting untuk terus dilestarikan karena menjadi wadah pembentukan karakter Islami mahasiswa. “Kita ingin mahasiswa baru belajar sejak awal bahwa kehidupan di FAI selalu beriringan antara ilmu, iman, dan amal. Syair Qur’an adalah salah satu contoh dakwah yang indah dan inspiratif.”
Syair Membekas di Hati Mahasiswa Baru
Kehadiran syair Qur’an dalam Fortama FAI 2025 memberikan kesan mendalam. Jika biasanya acara pembukaan lebih banyak diisi sambutan formal, kali ini nuansa spiritual justru lebih kuat terasa. Mahasiswa baru tampak antusias, beberapa bahkan ikut melantunkan syair bersama tim PAI semester 3.
Para dosen yang hadir pun turut memberikan apresiasi. Mereka melihat penampilan ini sebagai bukti bahwa mahasiswa PAI tidak hanya siap menjadi pendidik di masa depan, tetapi juga mampu mengembangkan metode dakwah yang kreatif dan relevan dengan generasi muda.
Seorang mahasiswa baru dari Prodi Perbankan Syariah mengatakan, “Saya jadi termotivasi untuk ikut kegiatan seni Islami seperti syair Qur’an. Ternyata dakwah bisa disampaikan dengan cara yang indah, bukan hanya melalui ceramah.”
Menguatkan Tema Fortama
Penampilan syair Qur’an mahasiswa PAI semester 3 juga menjadi penegas tema Fortama tahun ini, “Generasi Pencetak Cahaya Peradaban.” Dengan syair Qur’an, mahasiswa baru diajak menyadari bahwa cahaya peradaban Islam bersumber dari Al-Qur’an, yang harus terus dijaga dan diwariskan melalui berbagai cara, termasuk melalui seni.
Nuansa Nusantara yang dihadirkan dalam Fortama, dengan dresscode batik coklat cerah, berpadu harmonis dengan syair Qur’an. Perpaduan budaya lokal dan spiritualitas Islam ini mencerminkan karakter khas FAI Umsida: menjaga tradisi, menanamkan nilai Islami, dan membangun wawasan global.
Dengan hadirnya syair Qur’an dalam Fortama FAI Umsida 2025, diharapkan mahasiswa baru semakin siap menjalani perjalanan akademik dengan semangat Islami. Mereka tidak hanya akan belajar teori di kelas, tetapi juga dibimbing untuk menjadi insan yang berilmu, berakhlak, dan berkontribusi nyata bagi masyarakat.
Baca Juga: Mastama IMM Umsida 2025 Tekankan Trilogi dan Trikoda sebagai Identitas Kader
Sebagaimana ditegaskan Bu Ayunina, bidang kemahasiswaan FAI, “Fortama bukan hanya pengenalan kampus, tetapi juga awal pembentukan karakter. Melalui syair Qur’an, kita tanamkan sejak dini bahwa mahasiswa FAI adalah generasi Qur’ani yang siap menebar cahaya peradaban.”
Penulis: Akhmad Hasbul Wafi